Arkeologi Ruang Maya
Subjek penelitian ini bukanlah suatu organisme seperti yang kau pikirkan, melainkan sebuah struktur enigmatik yang begitu membingungkan.
Menyerupai rimpang, akar yang bermutasi pada tanaman tak berbatang. Susunan permukaan poli rendah, kesemuanya dilapisi dengan tekstur berpiksel entah replika batu ataupun logam, serat robotik, juga puluhan saklar yang terkunci dalam statis. Cahaya yang mengendap di udara, tak bersumber dan terbebas dari durasi. Visibilitas luas pada setiap sisi-sisinya, bahkan segala yang tampak eksternal pada dasarnya merupakan bagian internal struktur tersebut. Langitnya sebuah plafon melengkung, biru muda dengan corak putih serta gurat-gurat coklat muda. Setiap ruang baru adalah iterasi berbeda dari tiga warna, variasi dominasi dan saturasi kesemuanya.
Gerak dalam struktur tersebut menjadi sulit karena permukaannya memenuhi seluruh dimensinya, setiap dindingnya berfluktuasi di antara tiga kemungkinan. Subjek yang dihadapkan kepadanya diminta untuk menghafal pola-pola sederhana yang terbentuk saat kesemuanya ditempatkan sedemikian rupa secara otomatis dan berurutan. Subjek dapat menavigasikan pergerakannya melalui rantai data, mengikuti denyut pembuluh darah mesin serta erangan server yang lirih terdengar dari kejauhan.
Tak harus seperti ini, kita tak harus tunduk pada ruang. Kita dapat bergerak melalui parit-parit labirin, memperoleh kunci dan kode sandi tertentu dari serangkaian mimpi warna-warni. Kita dapat terbebas dari bentang alam badaniah yang tak terhindarkan saat kita diproyeksikan dalam mekanisme abstrak ini. Kita dapat bersembunyi, menghilangkan diri kita sendiri, atau mengabaikan batas-batas apa pun yang harus kita patuhi. Berbagai piranti dapat dikumpulkan dan diuji manfaatnya, manipulasi waktu, gangguan yang direplikasi untuk menghindari batasan, inkorporealitas, kompresi dan dekompresi artefak visual, intrusi pada kode linguistik, nubuat, modifikasi tubuh virtual.
Perlu ada penggalian jenis baru lewat pemanfaatan berbagai perangkat digital, sebuah mesin waktu menyerupai glosarium sejarah di mana subjek dapat meneliti setiap iterasi yang dialaminya dalam durasi tertentu. Menggabungkan berbagai arsip untuk perspektif lebih lebar. Seluruh isi halaman-halaman web dalam masa lalu penuh teka-teki serta kiwari yang sepenuhnya plastik. Satu subjek yang menjadi beberapa, keragaman yang membuka lapisan-lapisan struktur ruang maya untuk memperlihatkan deretan miliaran mulut dan anus yang bergumpal tak beraturan menjadi satu. Pengungkapan tersebut dapat membuka potensi baru bagi arkeologi ruang maya di mana subjek dapat menavigasi temporalitas berliku yang harus dihadapinya. Subjek dapat mendokumentasikan berbagai perspektif pengguna yang terus berubah setiap detik dan menitnya, merinci setiap mutasi yang terjadi dalam antarmuka dan kompleksitasnya.
Peristiwa demi peristiwa terjadi memicu fungsionalitas serta estetika termutakhir ruang maya. Apa yang dianggap indah, apa yang aktif, gap antara segala sesuatu yang dekaden dan yang bermanfaat. Situs yang dimulai secara primitif, teks yang dipindahkan ke layar, kesemuanya perlahan bermutasi menjadi gerak tak terkendali, teks yang dikaburkan oleh stasioneritasnya sendiri.
Penelitian ini bukanlah pencarian fosil suatu organisme, bukan pula arkeologi tentang leluhur kita. Ini adalah penguraian bangkai linguistik, penelusuran lokasi-lokasi yang dihasilkan mutasi bahasa menjadi sebuah bahan konstruksi virtual. Manakala teks dapat dijelajahi melalui sarana geografis, pada akhirnya penelitian ini merupakan usaha menemukan serta mendokumentasikan situs, arsitektur, serta antarmuka yang perlahan membusuk.
Sebuah struktur penuh teka-teki, labirin yang tak dapat dilewati dengan pola-pola bernuansa rumit. Dengan berbagai perangkat yang dapat mengeksploitasi keterbatasan laju bingkai permainan, tubuh virtual dapat melaju dalam kecepatan tak manusiawi yang memungkinkan mereka menanggalkan wujud untuk sementara waktu. Melewati setiap permukaan yang memperlihatkan membran-membran yang tengah berkembang, tubuh virtual menembus matriks dan merekonstruksi keberadaanya melampaui batas-batas yang berlaku, dalam ruang hampa yang meliputi labirin tersebut, lanskap yang terus tumbuh abadi dan tak terselesaikan.
Tubuh virtualmu harus disusun dari bahan-bahan yang kuat, tubuh virtualmu tak boleh berasal dari komponen linguistik serupa dengan teks yang akan kau jelajahi. Dirimu bisa saja terlihat sebagaimana ruang yang kau pilih untuk ditempati dan kesemuanya akan mengungkap bias yang kau alami. Dalam konstruksi bentuk virtual baru ini harus jelas perbedaan antara avatarmu dan dirimu sendiri, kekurangan macam apa yang ada pada eksistensi jasmaniah, bagaimana wadah baru tersebut dapat mengaburkan kesemuanya dan memungkinkan dirimu menjadi subjek virtual yang lebih baik dari dirimu sekarang.
Arkeologi ruang maya menuntut nostalgia tertentu sebagaimana sebagian besar penelusuran sejarah. Dalam penggalian poli rendah, subjek dipandu oleh kenangan samar-samar mengenai konstruksi aslinya, kebahagiaan yang ia rasakan dari pola-polanya, juga bagaimana ia jatuh cinta pada permukaannya yang tak berubah sejak pertemuan pertama. Isi dari arkeologi ini sangatlah luas. Ruang maya tidaklah kompatibel dengan ketiadaan yang melingkupinya. Setiap iterasi baru mengubah media menjadi sesuatu yang melampaui batas nomenklaturnya, kembali menuju transisi dari satu menjadi jamak, siluet-siluet tubuh terbentang pada bidang yang terus meluas dan menyempit setiap detik dan menitnya.
arkeologi arsitektur kemustahilan, arkeologi permukaan poli rendah, arkeologi rimpang digital, arkeologi pengabaian dan pembusukan, arkeologi segala sesuatu yang menghilang dari internet, arkeologi anomali ekstramatrikal, arkeologi tautan mati, arkeologi bahasa pengkodean primitif, arkeologi tanah tandus digital, arkeologi sejarah dan artefak video game, arkeologi kompresi, arkeologi antarmuka, arkeologi ruang maya
Arkeolog primitif telah mendokumentasikan berbagai anomali yang muncul pada kekosongan di sekitar struktur virtual dengan metode-metode sederhana seperti pemanfaatan mod dan eksploitasi malfungsi pemrogramannya. Sebagian besar aktivitas mereka bersifat rekreasional, didorong keinginan untuk menjelajahi wilayah-wilayah asing dan dokumentasinya acap kali dilakukan untuk mendapat keuntungan dari aktivitas ini. Meski demikian, kesemuanya tetaplah sebuah catatan sejarah. Berdasar penemuan-penemuan tersebut, penelitian ini mendorong subjek untuk mempelajari segala macam artefak dan anomali serta mendokumentasikannya. Tak hanya mencatat kualitas estetikanya, tetapi juga mempelajari tujuan serta konteksnya.
Dirimu akan mendokumentasikan segala macam anomali hanya untuk menunda kefanaannya, usaha sia-sia untuk mempertahankan keberadaanya dalam sejarah. Dalam kedalaman bidang yang terus berkembang, bagaimana dirimu berharap untuk bisa mempertahankan catatan dari setiap dimensi yang disimulasikan? Apakah kesemuanya penting? Pentingkah dirimu? Apakah kau seorang profesional? Seorang arsiparis? Apakah semua sekedar hobi? Apa yang kau inginkan?
Kekosongan bukan hanya sebuah zona anomali, tetapi peluang untuk bermanuver bebas melalui struktur virtual yang dilingkupinya. Di sinilah subjek harus memahami bagaimana struktur virtual tidaklah spesifik melainkan sebuah arketipe. Dalam kekosongan, kualitas-kualitas tertentu akan terlihat. Kerusakan pada sisi-sisinya akan menampakkan diri, setiap kantong hampa ditandai dengan tekstur yang berkedip. Dinding berpotongan dan membentang melampaui lantai serta langit-langit yang terhubung menjadi satu. Di luar batas, pengguna tidak harus tunduk pada fasad pengembang. Dalam arkeologi ruang maya, pengguna harus bergerak melampaui interior, memanfaatkan setiap kekosongan untuk memahami segala sesuatu yang disembunyikannya.
Yang dibutuhkan adalah sebuah wahana yang dapat bergerak leluasa di antara interior dan eksteriornya, sebuah pakaian astronot yang dapat dikenakan untuk menjelajahi kesemuanya. Tantangan terbesarnya bukanlah perpindahan menuju ruang hampa, melainkan lompatan dari fasad menuju nyata. Dalam kekosongan, tidak mudah memahami fisika virtual yang enigmatik. Subjek harus melihat interior sebagai sebuah tempat dengan kondisi tertentu dan eksterior sebagai zona pengabaian atas kesemuanya, bukan sekedar permukaan luar yang merupakan satu kesatuan dengan bagian dalamnya.
Tubuh barumu harus lebih lengkap dari tubuhmu sendiri, bukan sekedar proyeksi dari dirimu sendiri. Darah dan daging adalah material yang buruk dalam penjelajahan virtual. Bahkan dalam dimensi tanpa pembusukan organik, kesemuanya tetaplah rapuh dan dapat hancur dengan mudah. Sebaliknya, perlu ada pemanfaatan media, eksploitasi tubuh maya serta kecenderungan spektralnya. Bukan sekedar wadah, tetapi tetaplah sarira, dalam kosong yang terus meluas, biarkan dirimu terjatuh.
Dalam kosong kami terjatuh dan mengorientasikan diri kami kembali. Menuju bawah tanpa makna, mengenakan lapisan-lapisan poli rendah. Kami mengirim surel pada seseorang. Ke manakah kau melaju? Menuju kematian badaniah dan kelahiran bahasa? Apakah dirimu mengenali kami? Pada pengerjaan ulang ini kami merangkak maju, menuju kosong penemuan sejati.
Lewat tubuh baru tersebut kita akan mengalami kualitas eksotis ruang maya. Bukan sekedar berbagai bentuk pornografi yang tersimpan dalam ruang digital, tetapi juga dalam perbedaan antara pengguna dan representasi mereka. Representasi tersebut bukanlah salinan langsung, melainkan sebuah peningkatan sedemikian rupa dari keberadaan aslinya, keberadaan yang mereka manfaatkan untuk mobilitas dalam alam virtual.
Pada perbedaan tersebut di atas, pengabaian tertentu pastilah terjadi. Pengguna akan menjadi saksi atas kekurangan mereka sendiri, cacat yang disubversikan oleh tubuh yang lebih sempurna. Tubuh maya merayu subjek lewat kekurangan mereka, menjadi plastik sekaligus tak nyata. Sebuah fantasi sinematik, sebuah simulasi masturbasi. Dalam pergerakan kita menyusuri virtual, muncul dilema baru berupa kesenangan.
Subjek penelitian ini bukanlah suatu organisme seperti yang kau pikirkan, melainkan sebuah struktur enigmatik yang begitu membingungkan. Selayaknya sebuah organisme, ia terikat pada perubahan-perubahan, pada mutasi serta kelahiran kembali yang terus berulang.
Di dasar antarmuka, kita dapat menyaksikan serangkaian mimpi sinematik. Pergeseran dari peta sederhana menuju denah-denah berliku. Penggalian tanah tandus dilakukan para pembaca yang sekaligus berperan sebagai aktor. Mata menelusuri rangkaian teks, kata-kata masuk dalam fokus dan menjadi portal menuju serangkaian kumpulan lainnya. Pengguna meringkas keberadaan mereka, menciptakan variasi singkat atas identitas mereka, mengubah satu menjadi beberapa. Pergeseran kemudian terjadi dari pengguna menuju sebuah struktur bercabang yang tak terbatas. Masing-masing cabang terbentuk untuk menyegarkan punjung, terpisah dari batang dan menumbuhkan cabang baru dengan jalur akarnya sendiri. Sebuah proses evolusioner kemudian terjadi, menutup titik permulaan mereka, mengubah punjung menjadi rimpang, membagun bagian dalam labirin mereka sendiri.
Pada akhirnya, pengguna menjadi tuan rumah bagi ruang maya primitif dari desain primordial mereka sendiri tanpa disengaja, semua terjadi begitu saja di luar kuasa mereka sendiri.